We may suffer together, but we all die alone
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Riddle 2

Hai, guys!
SEORANG pria sedang
dalam perjalanan dinas ke
luar kota ketika ia
memutuskan untuk
menghubungi istrinya di
rumah lewat telepon. Ia
terkejut ketika mendengar
suara wanita yang tidak
dikenalnya di telepon.
“Siapa kau?” tanya sang
suami.
“Saya pembantu yang
bekerja di rumah ini.”
jawabnya.
“Kami tak punya pembantu
di rumah kami.” kata sang
suami dengan curiga.
“Saya baru saja mulai
bekerja hari ini. Nyonya
rumah yang memperkerjakan
saya.”
“Dapatkah kamu
memberikan telepon ini
pada istriku?” pria itu
semakin curiga.
“Beliau sedang beristirahat
di kamarnya sekarang,”
sang pembantu terdiam
sebentar sebelum akhirnya
ia melanjutkannya
perkataannya kembali, “Saya
pikir pria yang berada
bersamanya di kamar tidur
itu suaminya …”
“Apa?!” sang suami
terkejut. Sebuah akal
kemudian muncul di
kepalanya, “Apa kau mau
uang 50 juta?”
“Apa yang anda inginkan
untuk saya lakukan?” ia
terdengar ragu-ragu, namun
uang 50 juta terdengar
sangat banyak untuknya.
“Ada pistol di laci meja
telepon. Seharusnya pistol
itu sudah terisi. Aku ingin
kamu naik ke atas dan
menembak mereka.
Mengerti?”
“Ba…baik. Saya akan
mencobanya.”
Sang pembantu pergi tanpa
menutup teleponnya. Sang
suami bisa mendengarnya
menarik laci, melangkah
naik ke atas, dan kemudian
terdengar samar dua suara
letusan tembakan sebelum
akhirnya terdengar langkah
kaki mendekat ke arah
telepon.
“Halo?” tanya sang
pembantu. Sang pria
tersenyum dengan puas.
“Kau bekerja dengan sangat
bagus. Jauh lebih bagus
daripada dugaanku.”
“Terima kasih. Apa yang
harus saya lakukan dengan
jenazah mereka?”
“Pertanyaan bagus.
Tenggelamkan saja mereka
di kolam renang.”
“Kolam renang? Kolam
renang yang mana? Rumah
ini tidak memiliki kolam
renang.”
Keduanya hanya terdiam.

AKU baru berumur 7
tahun ketika orang tuaku
mengetahui bahwa aku
sebuta kelelawar.
Sebenarnya kelelawar
tidaklah buta. Mereka
memiliki penglihatan,
namun sangat buruk.
Seperti itulah kondisiku.
Aku belum pernah mengikuti
tes penglihatan sehingga
aku beranggapan bahwa
orang lain melihat
sebagaimana aku melihat
dunia. Aku hanya melihat
bayangan-bayangan kabur,
figur yang samar-samar,
cukup untuk membuatku
tidak menabrak mereka. TV
bagiku adalah radio yang
dilengkapi dengan
permainan cahaya dan aku
hanya bisa membedakan
mainanku dari warna-
warnanya. Ketika aku tak
kunjung belajar membaca,
orang tuaku membawaku ke
rumah sakit dan akhirnya
mengetahui kekuranganku.
Duniaku berubah selamanya
ketika aku mendapat
kacamata pertamaku.
Aku melihat segalanya! Aku
melihat kamar dokter mata,
dinding, langit-langit,
tanganku, dan orang-orang
yang ada di ruangan. Aku
melihat ayah, ibu, dokter,
dan para perawat. Dengan
takjub aku melihat warna
mata ayahku untuk pertama
kalinya.
Namun untuk pertama
kalinya pula aku masih
melihat beberapa orang di
ruangan tetaplah samar,
gelap, dan kabur. Mereka
ada banyak dan aku tahu
mereka mengawasiku
seperti aku mengawasi
mereka.
Dan aku menyadari kaki
mereka tak menyentuh
tanah.

Bye! See, ya!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar